Jumat, 14 November 2014

Keadilan Yang Dipaksakan.



Keadilan Yang Dipaksakan.
P
agi ini suasana bagaikan keributan di tengah malam yang terik. Ibarat gua tak berpenghuni  kosong dengan cahaya gelapnya namun ramai bagaikan hajatan di dalam kuburan.  Sesuatu datang dan menghampiri lalu pergi lenyap hilang dari harapan. Yang dulunya berharap sekarang menjadi sebuah boomerang yang hadir kian menyerang jiwa ini. Kebodohan dan bukan jalan yang disengaja ter angan-angan dan terkesan memaksakan diri ini untuk jadi yang orang lain inginkan. Orang lain meminta sesuatu yang tak ada dalam jiwa seseorang, dan orang lain itu bagaikan tukang service computer yang seenaknya menginstal aplikasi dan program untuk memfungsikan computer itu semau dia, dan bias menghapus nya kapan saja dia mau saat dirinya mulai dijemput malaikat maut. Manusia itu menghendaki yang Tuhan tak inginkan adanya, dengan arti lain manusia mencoba merubah kesesuaian. Jiwa ini tak lagi percaya kepada jiwa sendiri, jiwa ini hanya mengharapkan jiwa dari orang lain menerobos dinding tebal hati dan pikiran diri sendiri. Terkadang jiwa ini mencari jiwa yang hilang itu untuk masuk, dan yang lebih parahnya lagi jiwa ini mencari sesuatu atau jiwa yang tak ada sama sekali. Aku sama sekali tak mengerti tujuan dari menulis sebuah catatan tak berbobot dan tak penting ini, di dalam keresahan ada juga sebuah kebingungan dan ketidakpastian. Kenapa matahari selalu memaksa untuk bersinar?! Bagus! Karena matahari memang ditugaskan untuk menyinari, walau panas sekali rasanya didalamnya. Tapi kenapa diri ini selalu mengeluh?! Ya karena diri ini bukan seperti matahari yang bertugas sesuai dengan kehendak dan kemauan dia.
By.Panji Ismail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar