Keadilan Yang Dipaksakan.
P
|
agi ini suasana bagaikan keributan di
tengah malam yang terik. Ibarat gua tak berpenghuni kosong dengan cahaya gelapnya namun ramai
bagaikan hajatan di dalam kuburan.
Sesuatu datang dan menghampiri lalu pergi lenyap hilang dari harapan.
Yang dulunya berharap sekarang menjadi sebuah boomerang yang hadir kian
menyerang jiwa ini. Kebodohan dan bukan jalan yang disengaja ter angan-angan
dan terkesan memaksakan diri ini untuk jadi yang orang lain inginkan. Orang
lain meminta sesuatu yang tak ada dalam jiwa seseorang, dan orang lain itu
bagaikan tukang service computer yang seenaknya menginstal aplikasi dan program
untuk memfungsikan computer itu semau dia, dan bias menghapus nya kapan saja
dia mau saat dirinya mulai dijemput malaikat maut. Manusia itu menghendaki yang
Tuhan tak inginkan adanya, dengan arti lain manusia mencoba merubah kesesuaian.
Jiwa ini tak lagi percaya kepada jiwa sendiri, jiwa ini hanya mengharapkan jiwa
dari orang lain menerobos dinding tebal hati dan pikiran diri sendiri. Terkadang
jiwa ini mencari jiwa yang hilang itu untuk masuk, dan yang lebih parahnya lagi
jiwa ini mencari sesuatu atau jiwa yang tak ada sama sekali. Aku sama sekali
tak mengerti tujuan dari menulis sebuah catatan tak berbobot dan tak penting
ini, di dalam keresahan ada juga sebuah kebingungan dan ketidakpastian. Kenapa matahari
selalu memaksa untuk bersinar?! Bagus! Karena matahari memang ditugaskan untuk
menyinari, walau panas sekali rasanya didalamnya. Tapi kenapa diri ini selalu
mengeluh?! Ya karena diri ini bukan seperti matahari yang bertugas sesuai
dengan kehendak dan kemauan dia.
By.Panji Ismail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar